RealEstat.id (Jakarta) – Konsultan properti global, Cushman & Wakefield, memperkirakan ekonomi Asia Pasifik akan membaik di 2022 dan meraih kembali posisi teratas pada paruh kedua tahun depan, dengan perkiraan PDB tahunan rata-rata 4,5%. Demikian informasi yang dinukil dari laporan terbaru Cushman & Wakefield bertajuk “Catch '22 - Asia Pacific Commercial Real Estate Outlook 2022”.
“India diperkirakan akan memimpin pertumbuhan regional pada tahun 2022, sebesar rata-rata lebih dari 9%. Sebagian besar karena dicabutnya pembatasan serta lonjakan konsumsi dan produksi domestik,” jelas Dominic Brown, Kepala Insight & Analisis, Cushman & Wakefield Asia Pasifik.
Baca Juga: Investasi Properti Asia Pasifik Naik 30% di 3 Kuartal Pertama 2021
Sementara itu, Singapura, Jepang, dan Korea Selatan diperkirakan akan mengalami pertumbuhan di atas rata-rata pada tahun 2022, didorong oleh permintaan ekspor yang kuat. Cushman & Wakefield juga memperkirakan pertumbuhan akan membaik di Australia setelah lockdown berkepanjangan di New South Wales dan Victoria. Di China, pertumbuhan diperkirakan akan kembali normal setelah tahun 2021 mengalami pertumbuhan yang sangat kuat.
Di lain pihak, Hong Kong, Indonesia, dan Filipina mendekati tingkat pertumbuhan rata-rata 5 tahun terakhir sebelum terjadi pandemi. Ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh 4,7% hingga 5,5% pada tahun 2022.
Meskipun diperkirakan akan mengalami peningkatan konsumsi domestik, Indonesia tetap terkena dampak negatif dari penutupan perbatasan internasional. Walaupun perbatasan ini kemungkinan akan dibuka kembali, kekuatan arus internasional masih belum bisa dipastikan.
Baca Juga: 2021, Tahun yang Menjanjikan untuk Pasar Properti Asia Pasifik
Pertumbuhan yang lebih lambat diperkirakan terjadi di negara-negara lainnya, seperti Vietnam dan di tingkat yang lebih rendah, Malaysia, sebagai negara yang paling terpapar karena berkurangnya pariwisata internasional, sementara Thailand masih terus berjuang dalam mengendalikan virus.
Meskipun tingkat pengangguran tetap tinggi di seluruh wilayah Asia Pasifik, namun di sebagian besar negara berada di bawah tingkat pada puncak pandemi dan diperkirakan akan berada di tingkat yang sama atau di bawah rata-rata di masing-masing negara pada tahun mendatang.
Di Indonesia sendiri, tingkat pengangguran diperkirakan akan mengalami perbaikan secara progresif, dengan proyeksi di sekitar 5,5% hingga 6,3% pada tahun 2022, yang mana masih belum kembali ke tingkat sebelum pandemi.
Baca Juga: Optimisme Para Pemimpin Perusahaan Properti Asia Pasifik di Masa Pandemi
Namun, angka agregat pengangguran menyembunyikan detail yang lebih baik - jalur pemulihan "berbentuk K" mengungkapkan kelemahan di sektor ritel, pariwisata, dan sektor yang berorientasi layanan dibandingkan dengan kondisi tenaga kerja profesional, TI, keuangan, dan manufaktur.
Lebih jauh lagi, negara-negara yang bergantung pada tenaga kerja imigran, seperti Singapura dan Australia, lebih rentan terhadap kekurangan tenaga kerja setidaknya sampai arus migrasi global mendapatkan kembali momentumnya.
Oleh karena itu terjadi peningkatan kesenjangan antara keterampilan bisnis yang dibutuhkan dengan angkatan kerja yang tersedia yang mengakibatkan perebutan tenaga kerja.
Baca Juga: 2021, Transaksi Properti di Asia Pasifik Naik 20%
Selain daripada itu, bukti dari studi global menunjukkan bahwa 41% tenaga kerja sedang mempertimbangkan untuk mengganti pekerjaan mereka untuk 12 bulan ke depan - yang disebut "Great Resignation".
Meskipun tren ini berasal dari AS, ada banyak indikasi bahwa hal ini juga akan terjadi di beberapa bagian negara Asia Pasifik. Pada dasarnya pesan kuncinya adalah bahwa pemilik perusahaan di Asia Pasifik harus memprioritaskan retensi dan daya tarik untuk tenaga kerja dalam waktu dekat, serta meningkatkan produktivitas melalui investasi di bidang teknologi dan properti di 2022.