RealEstat.id (Jakarta) – Keindahan alam Bali memang tak terbantahkan. Dari pantai berpasir, deretan sawah hijau, hingga kemegahan pura yang sarat filosofi, semuanya menyatu dalam harmoni budaya yang sulit ditemukan di tempat lain.
Tapi lebih dari sekadar pemandangan, Bali juga menawarkan pengalaman hidup yang autentik dan spiritual—sesuatu yang dicari banyak orang di era modern ini.
Ditambah dengan keramahtamahan penduduk lokal dan kekayaan seni yang terus hidup, tak heran jika Bali terus menjadi primadona dunia.
Laporan tahunan dari Travel Choice Awards 2025 menyebut bahwa Bali menempati posisi kedua, tepat di bawah Kyoto, Jepang.
Baca Juga: Resmi Diperkenalkan, OXO The Pavilions Jadi Babak Baru Pengembangan Lifestyle Real Estate
Penilaian ini didasarkan pada jutaan ulasan wisatawan global yang menilai destinasi berdasarkan keindahan alam, kekayaan budaya, kualitas fasilitas wisata, dan tingkat kriminalitas yang rendah.
Semua kelebihan ini membuat pasangan Shanny Poijes dan Victoria Fernandez jatuh hati pada Bali dan rela pindah dari Swedia ke Pulau Dewata. Tak hanya itu, mereka pun mendirikan perusahaan pengembang: CORE Concept Living.
Shanny Poijes, Managing Director CORE Concept Living mengaku, jatuh cinta kali pertama pada Bali ketika dirinya terjebak di pulau ini selama lima pekan lebih, pada saat COVID-19 melanda dunia di tahun 2020.
Sebelumnya, dia dan Victoria tidak pernah berpikir sedikit pun untuk pindah ke Bali. Namun pengalaman tersebut mengubah segalanya.
"Di Bali suasana terasa hangat, berbeda dengan Swedia yang gloomy. Penduduk di sini pun ramah dan murah senyum,” ungkapnya.
Baca Juga: Kawasan Bali Barat Tawarkan Hidden Gem Bagi Para Investor Properti
Sementara itu, Victoria Fernandez, Creative Director CORE Concept Living menambahkan, bagi dirinya, Bali adalah sebuah kanvas yang sempurna untuk dunia arsitektur dan pengembangan hunian.
"Dan kami akan meluncurkan hunian berkonsep Skandinivia pertama di Bali dalam beberapa bulan ke depan,” katanya, optimistis.
Shanny Poijes mengungkapkan bahwa pandemi COVID-19 melahirkan pasar properti baru, di mana mereka yang menginginkan tinggal, bekerja, ataupun berinvestasi di pusat pariwisata terbesar di Indonesia akan memilih Bali sebagai tujuan.
“Hal ini dimungkinkan karena pada saat pandemi melanda, semua orang bisa bekerja dari mana saja, dan Bali menjadi salah satu tujuan utama dari tren baru ini,” tuturnya.
Baca Juga: OXO Group Rilis The Pavilions, Hunian Berkonsep 'Wellness Living' Pertama di Bali
Pariwisata Bangkitkan Investasi Properti
Sebagai informasi, Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mencatat kenaikan harga dan okupansi di sektor properti.
Hal ini tak mengherankan. Pasalnya, kunjungan wisatawan ke Bali yang masif—terutama setelah pandemi berlalu—mendorong pembangunan properti di Pulau Dewata.
Ternyata, bukan hanya warga lokal dan warga negara Indonesia saja yang melihat peluang, warga negara asing (WNA) pun ikut menangguk keuntungan dari bisnis properti di Bali.
Tercatat, WNA asal Rusia, Ukraina, Timur Tengah, Eropa, bahkan Amerika mulai banyak melirik bisnis properti di Pulau Seribu Pura ini.
Baca Juga: Kembangkan Ecoverse, NPG Indonesia Beri Jaminan Struktur Bangunan 25 Tahun
Mordor Intelligence memperkirakan pasar properti di Indonesia mencapai USD68,55 miliar pada tahun 2025, dan diharapkan menyentuh angka USD90,96 miliar pada tahun 2030.
Selama rentang lima tahun tersebut, angka compounded annual growth rate (CAGR) diperkirakan berada di kisaran 5,82%.
Sektor properti Indonesia telah menjadi salah satu landasan pembangunan ekonomi, dengan angka resmi dari Statistik Indonesia menunjukkan bahwa kontribusi PDB dari kegiatan properti mencapai Rp488,31 triliun (USD31 miliar) pada tahun 2022.
Pada tahun 2025, Pemerintah Provinsi Bali menargetkan 17 juta kunjungan wisatawan, termasuk 6,5 juta wisatawan mancanegara (wisman).
Angka ini sedikit lebih tinggi dari kunjungan wisman pada tahun 2024 yang berkisar 6,3 juta.
Baca Juga: Kembangkan The Pavilions di Bali, OXO Group Indonesia Gandeng Studio Precht dari Austria
Hunian Bergaya Skandinavia Pertama di Bali
Pada akhir 2025 ini, CORE Concept Living bakal merilis proyek perdana yang digadang sebagai hunian bergaya Skandinavia pertama di Bali yang mengangkat tagline: Scandinavian Design, Balinese Soul.
Shanny Poijes mengatakan, CORE adalah perusahaan pengembang premium yang berorientasi pada pembangunan hunian dengan arsitektur yang selaras dengan budaya setempat.
"CORE sendiri memiliki singkatan, yaitu Community, Opportunity, Responsibility, and Excellence—Komunitas, Peluang, Tanggung Jawab, dan Keunggulan," terangnya.
Menurut rencana, proyek anyar ini bakal diluncurkan pada Oktober 2025 dan mulai dibangun pada Desember 2025. Sementara serah terima akan dilakukan pafa Kuartal keempat 2027 mendatang.
Baca Juga: Gelontorkan Rp2,4 Triliun, Nuanu Bangun 50 Proyek Dalam Kawasan Terpadu di Bali
Ketelitian Skandinavia berpadu dengan spiritualitas Bali, menciptakan hunian yang mendefinisikan ulang kehidupan di Pulau Dewata.
CORE Concept Living bukan hanya tentang membangun hunian, namun membangun sebuah warisan di mana keluarga berkembang, persahabatan tumbuh secara organik, dan bangunan yang memiliki nilai dalam jangka panjang.
Gaya Skandinavia dikenal sederhana dan minimalis, namun tetap memberikan kesan mewah. Hal ini dicapai melalui desain yang cermat, penggunaan material berkualitas tinggi, sentuhan detail, serta perpaduan warna netral dan selera yang berkelas.
Gaya ini mengacu pada pendekatan desain yang sederhana namun elegan, dengan penekanan pada kepraktisan dan keindahan yang bersih.
Ciri khas gaya ini meliputi penggunaan warna-warna netral yang hangat dan lembut, seperti krem dan putih, abu-abu, dan cokelat muda, serta material alami seperti kayu dan batu.
Baca Juga: Nuanu Tawarkan Peluang Investasi Rp1,1 Triliun untuk Pengembangan Properti di Bali
Melalui CORE Concept Living, pengembang berfokus pada penciptaan investasi vila berkualitas tinggi yang layak disebut sebagai rumah.
Melalui pendekatan yang berbeda dan penerapan prinsip keberlanjutan, hal ini akan menambah kompetensi ekstra pada setiap proyek perumahan yang dihasilkan.
Para pendiri CORE Concept Living dikenal sebagai tokoh yang selalu mengutamakan gaya hidup berkelanjutan.
Semua properti yang dibangun akan dilengkapi dengan panel surya, dimmer LED, dan desain pasif untuk mengurangi konsumsi energi, pengolahan air khusus, dan pengelolaan limbah ramah lingkungan.
"Ini adalah sesuatu yang lazim bagi orang Swedia, dan kami bangga dapat berkontribusi pada industri properti Bali dengan cara yang positif," tutur Shanny.
Baca Juga: Paradise Indonesia Gandeng Raksasa Properti Jepang Kembangkan Kawasan Komersial di Bali
Pengalaman Lebih Dari 20 Tahun
Pasangan Shanny Poijes dan Victoria Fernandez sendiri telah memiliki pengalaman selama dua dekade di dua benua, yang memiliki spesialisasi untuk real estat Eropa, desain interior, dan hotel butik.
Dengan pengalaman lebih dari 20 tahun dalam pengembangan real estat, manajemen properti, dan operasi penyewaan jangka pendek dan jangka panjang, Shanny berkesempatan terlibat dalam beberapa perusahaan rintisan.
Beberapa perusahaan hasil rintisannya telah berkembang menjadi usaha yang sukses, seperti FFAB Fastighetsförädlarna AB di Swedia, City Apartments Stockholm AB, serta SEGAB Sofia.
Sementara Victoria memiliki pengalaman di bidang produksi dan komunikasi media selama lebih dari 18 tahun.
Dia berhasil mengelola program pemasaran untuk berbagai merek dan industri, seperti Lenovo, Eurocard, Volvo, Unibail-Rodamco-Westfield, dan Bjorn Borg untuk menyebutkan beberapa di antaranya.
Victoria juga memiliki pengalaman mendalam tentang industri hospitality, di mana dia dibesarkan dalam keluarga restaurateurs selama dua generasi.
Kakeknya, Tore Wretman, adalah seorang pelopor dan chef paling terkenal dalam sejarah gastronomi Swedia dan pendiri banyak restoran di Stockholm.
Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News