RealEstat.id (Jakarta) – Sikap hati-hati yang berkepanjangan dari para pengembang dalam memperkenalkan proyek baru, membuat pasokan ruang perkantoran di CBD Jakarta masih nihil di sepanjang Kuartal II 2024.
Akibatnya, stok kumulatif ruang perkantoran di CBD Jakarta tetap tidak berubah, yaitu sebesar 7,45 juta m2. Demikian hasil riset yang dilakukan Leads Property.
Martin Samuel Hutapea, Associate Director Research & Consultancy Services Leads Property mengatakan, tidak ada proyek baru yang diharapkan masuk ke pasar dalam waktu dekat.
Baca Juga: 2024, Tingkat Hunian Perkantoran CBD Jakarta Diperkirakan Tumbuh, Apa Sebabnya?
Dari sisi lokasi, imbuhnya, perlu dicatat bahwa hampir 50% dari total stok CBD terletak di sepanjang jalur MRT, dengan Sudirman dan SCBD menyumbang hampir 40%.
"Di sisi lain, hanya 16% ruang kantor di CBD yang dilayani oleh LRT, yang sebagian besar terletak di koridor Rasuna Said," jelas Martin Samuel Hutapea, menambahkan.
Di sisi lain, peningkatan transaksi kantor yang berkelanjutan, yang disebabkan oleh hasil positif dari pemilihan presiden, secara signifikan mendukung penyerapan bersih secara kuartalan pada Kuartal II 2024.
Total penyerapan bersih mencapai 23.423 m2, menandai penyerapan bersih kuartalan tertinggi dalam 21 bulan terakhir dan menyoroti kinerja pasar yang positif meskipun ada hambatan pasar global.
Baca Juga: Proyek-proyek Mangkrak, Tak Ada Pasokan Perkantoran Baru di CBD Jakarta Tahun Ini
Kebangkitan industri ruang kantor fleksibel, yang terutama didorong oleh co-working space dan serviced office, telah berkontribusi pada pertumbuhan permintaan ruang kantor di pasar CBD Jakarta.
"Tren ‘bekerja dari mana saja’ telah menarik penyewa untuk mencari ruang fleksibel, yang mendorong mereka untuk berkembang dalam co-working space dan serviced office yang memenuhi kebutuhan mereka," tutur Martin.
Selain itu, transaksi sewa selama kuartal kedua 2024 terutama melibatkan sektor IT dan keuangan, yang menunjukkan minat yang kuat untuk ruang berkualitas tinggi untuk relokasi dan ekspansi.
Seiring dengan tren peningkatan permintaan, tingkat hunian rata-rata di pasar perkantoran CBD Jakarta menunjukkan peningkatan bertahap sebesar 0,31 poin persentase QoQ, mencapai 71,9%.
Baca Juga: Pasar Perkantoran Jakarta Masih Dihantui Oversupply
Selama periode pengembangan kantor baru yang tenang, koridor komersial dengan layanan MRT menunjukkan peningkatan tingkat hunian yang lebih baik, didorong oleh permintaan yang kuat pada kuartal ini.
Menurut Martin Samuel Hutapea, kondisi ini disebabkan para penyewa terutama mencari gedung dengan akses mudah ke transportasi umum.
"Oleh karena itu, dalam tiga bulan terakhir, Sudirman dan Thamrin mencatat peningkatan sedikit sebesar 0,6% QoQ dalam tingkat hunian mereka, menghasilkan angka rata-rata saat ini sebesar 71,0% dan 72,5%, masing-masing," katanya.
Data Leads Property menunjukkan, pada Kuartal II 2024, tidak ada perubahan substansial dalam pertumbuhan sewa CBD Jakarta, karena pendekatan yang hati-hati tetap ada.
Baca Juga: Tahun 2026 Bakal Jadi Titik Balik Bisnis Gedung Perkantoran Jakarta
Tarif sewa kotor rata-rata tetap stabil di Rp331.100 per meter persegi per bulan. Namun, dalam USD, terjadi penurunan sebesar 3,1% (QoQ) karena depresiasi Rupiah terhadap Dolar AS, mencapai Rp16.165 per USD, atau terendah dalam empat tahun terakhir.
Meskipun pemilik bangunan lebih proaktif dalam menyesuaikan biaya layanan, yang mengakibatkan peningkatan rata-rata biaya layanan sebesar 0,4% QoQ, beberapa bangunan dengan tingkat hunian yang lebih rendah juga menurunkan tarif sewanya untuk tetap kompetitif dan menarik penyewa.
"Di CBD Jakarta, harga perkantoran strata tetap tidak berubah dari kuartal sebelumnya, yaitu sebesar Rp55.539.000 per meter persegi (USD3.436). Stabilitas ini menunjukkan stagnasi di pasar kantor strata," pungkas Martin.
Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News