Beberapa Tren Pasar Apartemen Jakarta di Awal 2024, Apa Saja?

Apartemen yang memiliki fasilitas lengkap serta apartemen berkonsep mixed-use kini lebih diminati konsumen.

Interior Apartemen Verde Two, Jakarta. (Foto: Realestat.id)
Interior Apartemen Verde Two, Jakarta. (Foto: Realestat.id)

RealEstat.id (Jakarta) – Hingga Kuartal pertama 2024, jumlah pasokan apartemen di Jakarta tercatat mencapai 259.000 unit. Dari total suplai tersebut, sebanyak 12% berada di kawasan central business district (CBD), sementara sisanya 88% di luar CBD.

Data yang dihimpun konsultan real estat Tanah Air, Leads Property menyebut, berdasarkan segmentasi pasar, pasokan apartemen kelas menengah bawah mencapai 30%, kelas menengah 37%, kelas menengah atas 21%, kelas atas 10%, sedangkan apartemen mewah hanya 2%.

Martin Samuel Hutapea, Associate Director Research & Consultancy Services Leads Property mengatakan, tingkat penjualan rata-rata apartemen di Jakarta mencapai 83%, di mana kawasan CBD menyentuh angka 93%, sedangkan di luar CBD sebesar 81%.

Baca Juga: Sejumlah Sentimen Positif Dorong Permintaan Apartemen Jakarta di Semester II 2024

"Berdasarkan segmentasi, tingkat penjualan rata-rata apartemen kelas menengah bawah sebanyak 68%, kelas menengah mencapai 93%, kelas menengah atas 85%, kelas atas 85%, dan apartemen mewah Mewah sebanyak 68%," tutur Martin kepada awak media, belum lama ini.

Sementara itu, imbuhnya, harga jual apartemen di Jakarta rata-rata mencapai Rp27,3 juta per meter persegi di Kuartal I 2024. Berdasarkan lokasi, harga di kawasan CBD mencapai Rp56,3 juta per meter persegi, sedangkan di luar CBD Rp25,7 juta per meter persegi.

"Berdasar segmentasi, harga apartemen kelas menengah bawah Rp17,4 juta per meter persegi, kelas menengah Rp24,5 juta per meter persegi, kelas menengah atas Rp33,4 juta per meter persegi, kelas atas Rp46,9 juta per meter persegi, dan apartemen mewah menyentuh angka Rp67,9 juta per meter persegi," papar Martin Samuel Hutapea.

Di rentang kuartal I 2024, Leads Property mencatat penambahan 192 unit pasokan apartemen baru di Jakarta dengan dipasarkannya Belton Residence di kawasan Cijantung, Jakarta Timur.

Baca Juga: Apartemen Jakarta Kuartal I 2024: Konsumen Ragu, Developer Stagnan

Di kuartal perdana tahun ini, penyerapan apartemen hanya sebanyak 106 unit, sedangkan jumlah unit yang belum terjual masih sekitar 44.870 unit.

"Harga apartemen di Jakarta relatif stabil dibanding kuartal sebelumnya, karena terlalu berisiko bagi pengembang untuk meningkatkan harga. Pengembang pun berhati- hati dalam meluncurkan proyek apartemen baru," jelas Martin.

Tren Pasar Apartemen di Jakarta

Lebih lanjut, Martin memaparkan tren yang terjadi di pasar apartemen Jakarta di Kuartal I 2024. Berdasarkan riset Leads Property, peluncuran proyek baru masih tertahan, lantaran pasokan masih oversupply dan permintaan yang masih cenderung turun.

"Pasalnya, banyak pembeli properti yang cenderung masih memilih rumah tapak di kawasan Bodetabek dibandingkan apartemen di Jakarta," terangnya.

Baca Juga: Apartemen Jabodetabek: Penjualan Melemah, Pasar Sewa Justru Menarik

Pengembang juga terlihat lebih fokus membidik pasar end-user dibandingkan investor, terutama untuk apartemen kelas menengah-atas dan mewah.

Konsumen apartemen mewah juga memiliki preferensi terhadap aspek lifestyle dan security yang diasosiasikan dengan hotel bintang 5 (branded residence).

Kendati demikian, guna menarik minat konsumen the haves, harga apartemen kelas mewah cenderung dibatasi maksimal Rp30 miliar agar terbebas dari PPnBm.

"Hal yang kerap terjadi saat ini adalah persaingan antara unit primary (ready-stock) dengan unit secondary dengan selisih harga yang cukup signifikan, yakni mencapai 30%," katanya.

Baca Juga: Dua Faktor Penyebab Penjualan Apartemen di Jakarta Masih Stagnan

Untuk menarik minat konsumen apartemen dengan harga terjangkau, pengembang melirik konsep TOD (transit oriented development), di mana lokasi apartemen dekat—atau bahkan terkoneksi—dengan titik transportasi publik.

Apartemen dengan fasilitas lengkap, seperti apartemen berkonsep mixed-use juga menjadi tren dan akan lebih diminati konsumen di Jakarta," ungkap Martin Samuel Hutapea.

Ke depan, pengembangan infrastruktur seperti transportasi umum atau TOD, akan menjadi acuan lokasi pengembangan apartemen baru di Jakarta.

Pengembangan dekat transportasi umum berbasis rel (MRT, LRT, dan KRL) diperkirakan lebih cepat mengalami kenaikan harga.

Baca Juga: Tak Ada Proyek Baru, Pasar Apartemen Jabodetabek di Titik Nadir?

"Dengan demikian, selisih harga apartemen baru dengan proyek eksisting di daerah strategis lain—yang tidak memiliki transportasi umum—akan semakin kecil," jelasnya.

Pembayaran dengan fasilitas KPA (kredit pemilikan apartemen) masih tetap diminati meskipun suku bunga naik. Sedangkan, pilihan pembayaran yang fleksibel, gimmick, hingga insentif PPN DTP, diharapkan akan menjadi katalis permintaan terutama untuk unit ready-stock  di bawah Rp2 miliar.

Martin mengatakan, permintaan pasar apartemen Jakarta juga memiliki potensi kenaikan menyusul aturan kepemilikan properti oleh WNA (warga negara asing).

"Di kawasan pinggiran kota, konsep senior housing dalam kawasan hijau, dengan tingkat keamanan yang tinggi serta dekat dengan fasilitas kesehatan, serta student housing makin diminati," pungkasnya.

Redaksi@realestat.id

Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News

Berita Terkait

Kawasan perkantoran di CBD Jakarta. (Foto: Realestat.id/Anto Erawan)
Kawasan perkantoran di CBD Jakarta. (Foto: Realestat.id/Anto Erawan)
Ilustrasi perumahan menengah bawah. (Sumber: BP Tapera)
Ilustrasi perumahan menengah bawah. (Sumber: BP Tapera)