RealEstat.id (Semarang) - Direktorat Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) bersama Bappeda Provinsi Jawa Tengah mengawal Pembangunan Rendah Karbon di daerah.
Melalui sosialisasi bertajuk Peran Emisi Pengurangan GRK Daerah sebagai Kinerja Pembangunan Daerah, Bappenas memantau kesiapan di daerah dalam pelaksanaan pembangunan rendah karbon.
Adapun program Pembangunan Rendah Karbon (PPRK) yang dicanangkan Bappenas dan Bappeda Jawa Tengah itu memiliki dua fokus utama.
Baca Juga: 3 Desain Rumah di Dunia Ini Mampu Beradaptasi Hadapi Banjir
Pertama, berfokus pada perbaikan kualitas perencanaan menuju ekonomi hijau. Kedua, memfokuskan pelaksanaan program pada lima bidang, yakni energi, lahan, industri, limbah, serta kawasan pesisir dan lautan (bluecarbon).
Irfan Darliazi Yananto, Perwakilan Direktorat Lingkungan Hidup Bappenas mengatakan sosialisasi pembangunan rendah karbon tersebut bertujuan untuk memperkuat komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota.
Selain itu, ia mengatakan kegiatan sosialisasi PRK sekaligus ingin meningkatkan kapasitas SDM dalam pelaksanaan pemantauan melalui aplikasi AKSARA.
Baca Juga: Menparekraf: Toilet Adalah Beranda Depan Pariwisata Nasional
"AKSARA tidak hanya untuk pemantauan dan evaluasi. Akan tetapi dapat juga dikembangkan untuk tujuan perencanaan. Saat ini sudah berjalan untuk pemantauan dan evaluasi,” ujar Irfan, seperti dikutip dari siaran pers, Selasa (16/03/2021).
Sebagai informasi, seiring dengan perubahan paradigma perencanaan pembangunan, Kementerian PPN/Bappenas melakukan pemutakhiran sistem pemantauan yang selama ini telah dilakukan melalui PEP Online menjadi aplikasi AKSARA.
Hal ini dilakukan guna mengakomodir upaya pemantauan indikator-indikator pembangunan rendah karbon, seperti intensitas emisi dengan tetap memantau potensi penurunan emisi karbon.
Baca Juga: Cara Menanam Pohon Trembesi Agar Beri Manfaat untuk Lingkungan
Dalam pelaksanaan PRK tidak hanya aspek daya dukung dan daya tampung yang menjadi fokus analisis, namun juga aspek ekonomi dan sosial. Contohnya adalah hutan mangrove yang memiliki potensi unggul.
Selain mengurangi emisi GRK dengan menyerap karbon, mangrove dapat meningkatkan keberlanjutan lingkungan sekitarnya dengan menahan abrasi dan menjadi habitat bagi biota pesisir.
Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Agung Tejo Prabowo, Kabid Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah mewakili PLH Sekda Provinsi Jawa Tengah mengatakan bahwa berdasarkan rekaman pelaporan data AKSARA telah dilakukan 1.314 aksi mitigasi perubahan iklim.
Baca Juga: Potensi Tinggi, Ini 8 Alasan Properti Harus Dapat Stimulus dari Pemerintah!
Mitigasi ini mencatat capaian potensi penurunan emisi GRK kumulatif mencapai 9,58 juta ton CO2eq (karbon dioksida equivalen) hingga tahun 2020.
"Capaian masing-masing Pemkab/Pemkot dalam penurunan GRK melalui aplikasi AKSARA akan kami nilai sebagai bagian dari kinerja pembangunan daerah,” pungkas Agung.