Arsitektur dan Desain di Era 4.0, Peluang atau Tantangan?

Perubahan di dunia arsitektur pada era industri 4.0 antara lain terlihat dari sisi marketing dan pengerjaan desain yang sudah menggunakan platform digital.

Seminar daring yang mengangkat tema “Design & build Menuju Era 4.0″
Seminar daring yang mengangkat tema “Design & build Menuju Era 4.0″

RealEstat.id (Jakarta) - Karya Arsitektur menghadapi tantangan sekaligus peluang di era industri digital 4.0 saat ini—sejak awal perencanaan, pembuatan desain, hingga proses pembangunan produk arsitektural. Hal ini terungkap gamblang dalam seminar daring bertema "Design & build Menuju Era 4.0" yang dihelat Kenari Djaja dan Majalah Asrinesia, Rabu (21/10/2020).  

Diikuti lebih dari 500 peserta dari seluruh Indonesia, obrolan arsitektur yang rutin digelar ini secara jeli membahas karya para arsitek, baik berupa bangunan rumah, gedung, serta  produk pendukung arsitektur dan interior. Di sini, tiga narasumber dengan latar belakang arsitek berbagi mengenai permasalahan dalam proses pekerjaan mereka yang bisa diselesaikan dengan baik, sehingga masalah "design & bulid" yang dihadapi tidak menimbulkan conflict of interest.

Baca Juga: Kiat Arsitek dan Dunia Arsitektur di Masa Pandemi

Masih banyak konsumen arsitek belum paham tentang dua tahapan kerja pada kegiatan arsitektur yaitu perencanaan (design)  dan pembuatan/pembangunan (build). Kadang pemberi tugas/pekerjaan ingin tahapan ini disatukan untuk memudahkan urusan dan itu bukan tidak mungkin dilakukan arsitek bila proporsional, jelas lingkup tugas dan pengaturannya. Dari karya-karya arsitektur yang tampil indah dan megah, membuat peserta seminar yang dipandu oleh Dermawati DS ingin mengetahui proses Design & Build  di balik kerja Arsitek.

Narasumber yang berkontribusi membagi pengalaman di seminar ini, adalah Handayanto Sundojo yang memiliki pengalaman lebih dari 40 tahun di dunia rancang bangun dengan karya arsitektur dan interior yang dipuji konsumennya. Direktur utama PT Parama Dharma ini, memperlihatkan bagaimana arsitek construction dapat pula mengejar tuntutan masa kini, dengan menerapkan perangkat teknologi digital.

Baca Juga: Catat: Arsitektur dan Desain Tradisional Indonesia Berkelas Dunia!

Andhika Perdana memperlihatkan sebagai generasi muda sudah bisa mewarnai dunia arsitektur di Indonesia lebih cepat dan kreatif, karena keahliannya didukung teknologi moderen sesuai tuntutan era industri 4.0 untuk kegiatan arsitektur dan Interior. Arsitek senior di PT Hadiprana Design Consultant ini memiliki banyak pengalaman pekerjaan perencanaan yang dikerjakan secara digitalisasi, jika tidak ingin tertinggal dalam kegiatan jasa konstruksi yang penuh tantangan.

"Industri 4.0 ditandai dengan penggunaan internet. Perubahan yang terlihat di dunia arsitektur dan desain antara lain dari sisi marketing yang sudah online, baik melalui media sosial maupun website," katanya.

Untuk pekerjaan, imbuhnya, sketsa tak lagi dibuat di atas kertas, namun bisa dibuat dengan laptop, bahkan tablet, atau ponsel, menggunakan aneka software arsitektur. Meeting dengan klien bisa dilakukan secara online, sementara progres pekerjaan bisa disimpan di cloud seperti Google Drive. Di sisi lain, survei lokasi bisa dilakukan menggunakan Google Maps, modeling bisa menggunakan 3D modeling bahkan 3D printing. 

"Intinya, tenologi saat ini membuat pekerjaan lebih efisien, cepat, namun relatif lebih mahal," tuturnya.

Baca Juga: Mengupas Konsep Desain Arsitektur Bambu dalam Bangunan Modern

Berbeda dengan Halistya Pramana Arsitek yang lebih focus pada masalah kelengkapan arsitektur dan interior yang melihat desain produk arsitektural tak kalah penting dalam membentuk suasana ruang dalam memenuhi kenyamanan dan keindahan. Menurut Direktur Utama Vinoti Living ini, tetap diperlukan keahlian arsitek dalam mendesain sebuah produk elemen arsitektur.

"Problem yang dihadapi hampir sama dengan pekerjaan arsitek dalam menghadapi ‘Design & Build’ membuat bangunan," kata Halistya.

Terkait dengan teknologi 4.0, dia mengatakan, komputerisasi sudah merupakan keharusan. Pasalnya, untuk modeling dan simulasi, klien lebih memilih melihat gambar 3D.

Seminar Design & Build pada karya arsitek kali ini turut menyebarkan informasi keahlian kepada calon arsitek dan masyarakat luas. Partisipasi kepada dunia jasa konstruksi ini disampaikan oleh Direksi Kenari Djaja, Hendry Sjarifudin dan sambutan Pemimpin Redaksi Majalah Asrinesia Sri Murdiningsih saat pembukaan seminar ilmiah popular ini.

Redaksi@realestat.id

Berita Terkait

Ilustraso alasan kenapa bangunan Belanda kuat dan kokoh. (Sumber: CNN Indonesia)
Ilustraso alasan kenapa bangunan Belanda kuat dan kokoh. (Sumber: CNN Indonesia)
Dari kiri ke kanan: Dian Asmahani (Chief of Corporate Sales & Marketing Group Sinar Mas Land) bersama dengan Monik William (Deputy Group CEO Township Development Sinar Mas Land), Jerry Thomas (Owner Cofilab) dan Felicia Chitra (Head of Program Rafa Dance) secara simbolis meresmikan Grand Opening The Hub di kawasan Rasuna Epicentrum, Jakarta Selatan, Selasa, 12 November 2024.
Dari kiri ke kanan: Dian Asmahani (Chief of Corporate Sales & Marketing Group Sinar Mas Land) bersama dengan Monik William (Deputy Group CEO Township Development Sinar Mas Land), Jerry Thomas (Owner Cofilab) dan Felicia Chitra (Head of Program Rafa Dance) secara simbolis meresmikan Grand Opening The Hub di kawasan Rasuna Epicentrum, Jakarta Selatan, Selasa, 12 November 2024.
Talkshow bertajuk "Audio-Visual and Design Integration" yang digelar BenQ Indonesia dan Focal Powered by Naim di IDD, PIK2, Sabtu, 19 Oktober 2024. (Foto: Dok. Realestat.id)
Talkshow bertajuk "Audio-Visual and Design Integration" yang digelar BenQ Indonesia dan Focal Powered by Naim di IDD, PIK2, Sabtu, 19 Oktober 2024. (Foto: Dok. Realestat.id)
Ilustrasi desain rumah pasif. (Sumber: Raywhite)
Ilustrasi desain rumah pasif. (Sumber: Raywhite)