RealEstat.id (Jakarta) - Konsultan properti Cushman & Wakefield memprediksi, hingga akhir 2020 tarif sewa apartemen servis (serviced apartment) di Jakarta akan tetap bergerak lambat. Hal ini disebabkan lantaran rendahnya permintaan akomodasi sewa sebagai dampak dari pembatasan perjalanan selama pandemi COVID-19.
"Pemulihan permintaan dan harga sewa pada segmen apartemen servis bergantung pada kembalinya ekspatriat dan dibukanya kembali perjalanan bisnis. Hingga saat itu, operator apartemen servis perlu memitigasi biaya operasional melalui berbagai pengurangan harga sewa dan persyaratan sewa yang lebih fleksibel,” jelas Lini Djafar, Executive Director Cushman & Wakefield Indonesia.
Baca Juga: Pasar Apartemen Sewa Jakarta: Permintaan Turun, Harga Stagnan
Lini Djafar mengungkapkan, tidak ada proyek baru Apartemen Servis atau Apartemen Khusus Sewa di Jakarta yang selesai dibangun selama Kuartal II-2020. Beberapa Apartemen Servis baru, seperti Intercontinental Residence Pondok Indah, Somerset Kencana, dan Somerset Sudirman yang direncanakan untuk beroperasi di kuartal III dan kuartal IV-2020, diperkirakan akan menunda jadwal operasionalnya karena pandemi COVID-19.
Permintaan Terus Menurun
Cushman & Wakefield mencatat, pandemi sangat memengaruhi permintaan sub-sektor Apartemen Servis pada Kuartal II 2020. Permintaan menurun 17,7% secara kuartalan (QoQ), sementara tingkat hunian secara umum di sub-sektor ini menurun menjadi 43,2%.
Operator Apartemen Servis mengalami kesulitan untuk mendapatkan permintaan baru di saat ekspatriat menunda atau membatalkan rencana sewa baru yang disebabkan oleh implementasi pembatasan perjalanan ke Indonesia. Selain itu, para penghuni ekspatriat lainnya kembali ke negara asal mereka sejak perusahaan menunda aktivitas kerja selama pandemi.
Baca Juga: Pasokan Apartemen di Jakarta Tidak Bergerak Akibat Pandemi COVID-19
Tingkat hunian Apartemen Servis paling rendah tercatat pada April dan Mei 2020, namun sedikit permintaan baru dari tamu jangka pendek (staycation atau bisnis) mulai kembali pada Juni 2020, sebagai dampak dari pelonggaran pembatasan perjalanan lokal dan bisnis. Permintaan dari tamu jangka pendek ini diperkirakan akan terus berlanjut, yang dapat meningkatkan tingkat hunian di sub-sektor ini pada kuartal-kuartal selanjutnya.
Sama halnya, Apartemen Khusus Sewa juga terdampak dari penghuni yang tidak melanjutkan kontrak sewanya dan penundaan beberapa kontrak sewa baru. Tingkat hunian tercatat di 59,8% di akhir kuartal II-2020 (-4,3% dibandingkan kuartal sebelumnya).
Beberapa proyek Apartemen Khusus Sewa berhasil mempertahankan tingat hunian yang lebih tinggi, yang disebabkan oleh kontrak dengan jangka lebih panjang (lebih dari satu tahun). Dengan demikian, tingkat hunian pada sub-sektor ini diprediksi untuk tetap stabil hingga akhir tahun.
Harga Sewa Masih Tertekan
Harga sewa rata-rata sub-sektor Apartemen Khusus Sewa dan Apartemen Servis relatif tidak mengalami perubahan selama kuartal II 2020 (sebagian besar dikarenakan transaksi yang sedikit), masing-masing tercatat pada Rp241.550 dan Rp370.431 per meter persegi per bulan.
Baca Juga: Strategi Penjualan Omni Channel Perlu Dimanfaatkan di Sektor Properti Ritel
Namun, pada sub-sektor Apartemen Sewa, rata-rata harga sewa mengalami penurunan sebesar 11,3% dari kuarter sebelumnya (menjadi Rp165.509 per meter persegi per bulan).
Hal ini disebabkan oleh tingginya angka unit yang tersedia, yang menyebabkan kompetisi dengan sedikitnya permintaan, sehingga para pemilik individu bersiap untuk menerima harga sewa yang lebih rendah selama pandemi. Kondisi ini diperkirakan untuk berlanjut hingga akhir tahun dengan harga sewa tetap berada di bawah tekanan penurunan.